Pagi ini, kamu belum beranjak dari peraduan. Jam sudah menunjukkan angka setengah delapan. Aku pandangi pipimu yang bulat, kucium yang sebelah kanan, aroma tubuhmu yang menyeruak. Ah, Nak.. tidak ada perasaan bahagia melebihi ini. Tidak ada satu manusia pun di muka bumi ini yang jaraknya pernah sedekat ini denganku. Kau tumbuh di dalam badanku, jiwaku. Satu-satunya makhluk yang kuberikan hampir semua milikku, namun anehnya justru membuatku semakin kaya. Mungkin karena ada banyak cinta disitu, bisikku di sela-sela rambut keritingmu. Untuk semua yang sempat terjadi, suaraku yang pernah tinggi, waktuku yang tak kau miliki semua begitu mudahnya termaafkan olehmu. Kamu selalu ceria, setiap sore menyambutku di depan pintu. Malam ini kamu tidur berdampingan dengan laptopku. Tidurmu pulas, irama nafasmu beriringan dengan bunyi hentakan di papan ketik. Kamu tidak terganggu. Duhai pengertian sekali, aku meminta maaf tiada henti.