aku mengingat ayah,
kulit duku, kayumanis, kacamata
tanpa bingkai, es kacang hijau
kopi hitam, gebrakan gaplek, tawa
terbahak setiap malam,
dan kalkulasi aneh di belakang catatan.
aku mengingat ayah,
aku memikirkan: dunia
yang hilang.
hukum Engel, buku toefl
terbitan pertama,
musik country,
mobil merah,
serta langit sore ilalang
menari, sungai kecil
membelah jembatan.
tanpa tahu mesti lewat
mana, aku akan senantiasa mengiringi
keniscayaan taklimat ayah,
syahdan, semua napas cerita
yang memejamkan mata
tentang mimpi, tentang batu bernyanyi
pada suatu negeri.
aku ingin bernyanyi seperti batu,
suatu hari nanti pada sebuah negeri
tentang kesia-siaan laku manusia,
nostalgia atas hal-hal sentimentil,
tentang airmata dan penderitaan kehidupan
tetapi bukankah kita tidak mesti
menderita untuk bisa bernyanyi?
Komentar
Posting Komentar