Aku akan mencintaimu dalam ketenangan. Lekat dan menenangkan seperti rinai hujan pertama yang membasahi tanah di bulan kemarau. Tidak menyala-nyala seperti jilatan kembang api yang berdenyar-denyar kemudian hilang tak berbekas. Aku akan mencintaimu dalam kesederhanaan. Akan ku kecup kopimu setiap sore sebelum kuhidangkan, agar manisnya sesuai seleramu. Melihatmu menyesapnya pelan-pelan dan bersenda gurau bersama buah hati kita. Aku akan mencintaimu dalam keteduhan. Sehalus janji yang diberikan pohon beringin kepada alang-alang. Tidak memabukkan seperti aroma bunga-bunga semusim yang terlalu berusaha memikat, kemudian mati di musim selanjutnya. dan jika ada akhirnya Semoga akan setiap duka, tabah dijalani. Semoga pada setiap tawa, terpotret bahagia.
(i) Ini tentang perempuan, Ada bara di tangan kanannya. Rambutnya kusut, matanya berkabut. Melangkah tapak demi tapak, menari, berjinjit, bertahan, berjalan, walau dunia berhenti menawarkan harapan. Dadanya sesak penuh dengan mimpi yang dunia patahkan berulang kali. Namun, tunggu. Dia akan bertarung entah berapa kali lagi. (ii) Ini tentang perempuan, Hatinya ranum akan cinta, tapi sekalipun tidak buta. Melayang begitu saja dengan lembutnya. Mungkin ada api di matanya. Atau perisai di dadanya. Entahlah. Ambilah! Jangan sisakan apa-apa. Dan dia akan kembali, bertahan, dan bertarung entah (untuk) berapa kali lagi.