Langsung ke konten utama

Postingan

Seutas Doa untuk Perjalanan yang Panjang

 Aku akan mencintaimu dalam ketenangan. Lekat dan menenangkan seperti rinai hujan pertama yang membasahi tanah di bulan kemarau. Tidak menyala-nyala seperti jilatan kembang api yang berdenyar-denyar kemudian hilang tak berbekas. Aku akan mencintaimu dalam kesederhanaan. Akan ku kecup kopimu setiap sore sebelum kuhidangkan, agar manisnya sesuai seleramu. Melihatmu menyesapnya pelan-pelan dan bersenda gurau bersama buah hati kita. Aku akan mencintaimu dalam keteduhan. Sehalus janji yang diberikan pohon beringin kepada alang-alang. Tidak memabukkan seperti aroma bunga-bunga semusim yang terlalu berusaha memikat, kemudian mati di musim selanjutnya. dan jika ada akhirnya Semoga akan setiap duka, tabah dijalani. Semoga pada setiap tawa, terpotret bahagia. 
Postingan terbaru

Si Jalang dan Perisainya

 (i) Ini tentang perempuan, Ada bara di tangan kanannya. Rambutnya kusut, matanya berkabut. Melangkah tapak demi tapak, menari, berjinjit, bertahan, berjalan, walau dunia berhenti menawarkan harapan. Dadanya sesak penuh dengan mimpi yang dunia patahkan berulang kali. Namun, tunggu. Dia akan bertarung entah berapa kali lagi. (ii) Ini tentang perempuan, Hatinya ranum akan cinta, tapi sekalipun tidak buta. Melayang begitu saja dengan lembutnya. Mungkin ada api di matanya. Atau perisai di dadanya. Entahlah. Ambilah! Jangan sisakan apa-apa. Dan dia akan kembali, bertahan, dan bertarung entah (untuk) berapa kali lagi.

Semoga Senantiasa Sentosa

Dari sanggah yang kerap singgah, keyakinan perlahan terkikis. Pada terciptanya lajur hidup yang dalam derap kerap ku tanya. Selarik harap yang senantiasa meminta lebih.  Akan sendu dan rindu pada kumpulan hati yang tak sudi lagi bertemu. Tercabik patah dalam duka yang begitu menawan. Tertahan.  Di tengah telaga kesedihan ini, aku ingin kembali bersandar di bahu-Mu. Menemui dalam gelap, dengan bait puji yang selama ini terbelenggu. Kekasih, bergegaslah! Bahagia itu bermekaran sepanjang musim. Dan hanya Kamulah pemilik cinta yang paling megah dan gagah. Aku hanya perlu berdiri di depan pintu dan menampakkan sungguh, tanpa sanggah. Setibanya dibukakan pintu pertanda takdir kita bertemu. Dengan sentosa aku bisa menyatu bersama-Mu. Semoga segala debar itu akan lebur menjadi debur. Menyeluruh.                                                       ...

Contemplation

Sometimes you need to get lost.  In our chaotic, confused, and imperfect world.  To find another priceless & mysterious journey.  Thus, when a year comes to end, in our inner landscape.  Full of warm pictures, sweet giggles, and dark chocolate.  To help you.  To be who you really are.  Thank you, 2023! 

Membangun Sumur di Sudut Kampung

 (sore) Setelah sekian kemarau, hujan turun lagi dengan derasnya. Sumur-sumur yang kering mulai terisi dengan air. Ilham masih seperti dulu, berdiri di depan pintu biru, dan suaranya berputar-putar di kepalaku. Sore itu saat bau tanah mulai menyentuh hidung, kami bercengkrama lagi. Ilham bercerita tentang seorang gadis pencari kerang yang ditemuinya di tepian sungai, yang katanya ingin sekali melihat musim gugur. Walau sekejap pertemuan itu memiliki makna yang dalam. Ia memperkenalkan namanya, Chandara Wira. Lama mereka tertegun memandang aliran sungai. Setelah saling melempar pandangan mata. Chandara Wira berani bertanya kepada Ilham, bagaimana rupa musim gugur. Dia bercerita tentang impiannya menari dengan ditengah geguguran daun mapel, memakai mantel berwarna cokelat, dan meminum kopi mengepul dari termos yang dibawa dari apartemen. Lalu kenapa kamu tidak bergegas untuk pindah ke utara atau selatan, berhentilah mengumpulkan kerang-kerang dungu ini. Tinggalkan kota tawar ini, ber...

Berpamitan

Berada di keramaian menambah keyakinanmu untuk memilih kesendirian. Panggung yang penuh hingar bingar yang memekakan telinga terasa palsu. Sinar lampu itu semakin menyilaukan. Manusia-manusia boleh saja bukan objek favoritmu. Namun tetap kamu tahu tentang mereka, kemudian mencoba menyelami dan memahami kegilaannya. Saat sinar rembulan meretas malam, kamu dan mereka berubah menjadi serigala buas. Beberapa malah menjadi anjing dengan kepinding di tengkuknya. Oh, sungguh menyeramkan. Atau barangkali tanpa kamu sadari kamu menyukai perasaan ditinggalkan saat kamu sendirian. Tanpa bermaksud mengatakan kamu membenci kebersamaan dengan orang lain. Tentu saja, kamu senang  berada di sekitar orang-orang yang kamu cintai dan mencintai kamu dengan tulus. Celakanya, tidak ada ukuran pasti untuk menyaring ketulusan di lubuk hati manusia. Oh, sungguh menyeramkan. Atau barangkali tanpa kamu sadari kamu mencemooh orang yang membenci kesendirian. Kamu lantas berpikir, terkadang manusia terlalu memb...

Seperti Bianglala, Biang Lara pun Berputar

Awalnya kamu pikir, kesedihan itu diskrit. Dia berdiam, terbenam. Menjadi batu. Mengiris tipis ujung tawamu. Kau kira sepanjang waktu. Oh, tidak Sayang! Nestapa yang bulat. Lara yang sesaat. Terkadang mereka nakal, sekian dasawarsa kembali berotasi, membentuk pola siklis dan kian dinamis. Mencari celah, menyusup diantara jemari Hamsa. Begitulah, selalu seperti itu. Ahhh, henti berdalih! Sudahi perulangannya. Mulai saat ini, ya saat ini. Seperti kebahagiaan, kesedihan juga harus dirayakan!  Semoga kau menemukan cahaya, dari dalam dirimu. Appo deepo bhava! Svaha.