Langsung ke konten utama

Pempek Pistel

Cerita ini bermulai ketika saya yang udah pulang ke Palembang ini masih susah aja makan pempek pistel. Secara itu varian pempek kesukaan aku. Sudahlah, jadi untuk memuaskan hasrat yang sudah menggebu-gebu saya memutuskan untuk masak sendiri. Mumpung tetangga sebelah pepaya nya lagi mengkel, enak buat digondol. Hehehe. Selain itu, kemarin pas bolang ke pasar, baru ngerti ternyata banyak banget penjual iwak gabus giling mangkal. Maklumlah belum punya chopper atau blender sendiri. Okelah, mari ke lokasi.

pohon pepaya
Jadi, bahan-bahan untuk membuat pempek pistel adalah

Kulit:

1. Tepung Sagu (250 gr)
    Merek apa aja boleh siih

2. Ikan Gabus/Tenggiri Giling (250 gr)
    Ini hasil beli di pasar, cantik banget ikannya. Masih segar lagi. Beda banget pas beli di Jakarta.


3. Air Dingin (50 gr)

4. Bawang Putih (2 siung)  dan Garam yang dihaluskan
    Kemarin ya, ibu saya pernah bilang kalau bisa masak itu pakai garam kasar yang ditumbuk. Kalau       garam halus suka ada rasa pahitnya. Ya namanya omongan orang tua, dituruti gak ada salahnya.

Bahan Isi Pistel 


 1. Bawang Merah dan Bawang Putih (@ 2 siung) dan garam dihaluskan

 2. Ebi kering (200 gr)
     Ebinya direndam pakai air hangat dulu yaa, trus kotorannya dibuang


3. Santan (100 ml)
    Sebagian kecil, sekitar 3 sdm saya masukkan ke adonan pempek

4. Tentunya Sang Bintang, Pepaya Hijau yang sudah diparut (300 gr)
  

Bahan Cuko

1. Cabe merah (6 buah) dan cabe rawit (6 buah), dihaluskan

2. Gula Aren Linggau
   Ini nih ratunya bikin cuka pempek enaaaaak. The only secret yaah ini. Gulanya di chop chop dulu      sampai jadi serpihan.




3. Bawang Putih (2/3 Siung), dihaluskan dengan garam kasar

4. Asam Jawa (secukupnya)


Cara Membuat:

Kulit:

Semua Bahan Dicampur rata sampai membentuk adonan yang kalis, lembut dan siap dibentuk. Kalau terlalu kaku tambahkan air atau santan, kalau terlalu lembek tambahin sagu. Begitu aja terus, looping


Isi:

Pertama-tama masukin 2sdm minyak ke dalam wajan, trus tumis si bawang-bawangan alus. Setelah harum, masukin ebinya.

Nah, setelah itu masukkin santan aduuk bentar. Trus masukinlah pepaya muda parutnya. Aduuk terus sampai si santai meresap.

santan udah masuk

reseeeeep sampe reseeeep
Tadaaaaaaa...

Nah setelah itu mulailah kita membentuk pempek isinya, monggo dilihat gambarnya





Yeee.. setelah itu tinggal direbus yaa.. Di air mendidih yang sudah diberi garam dan minyak. Tunggu sampai pempeknya mengapung.






Habis itu tinggal digoreeeng..

Lalu untuk cukonya.. Siapkan air sekitar 300 ml, kemudian masukkan semua bahan dari cabe, gula aren, bawang dan asam jawa. Tunggu sampai mengental kemudian disaring.



Tadaaaaaa, siaaaap dinikmati


Walau belum seenak buatan si Ncie-ncie China di pasar, tapi kalau berhasil buat tetangga sebelah tempat ngegondol pepaya doyan udah bikin hati senang. Semoga suatu hari bisa nemuin resep untuk bikin adonan pempek selembut dan seputih paha enci-enci itu. Kalau berhasil bikin pempek seenak itu, baru saya mau merantau lagi. Hosh..

Komentar

  1. Kirim pempeknyo ke lahat mi.....

    Gilee..bikin tergiur nian ini..wkwkwk..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat Ayah dan Dunia yang Hilang

a ku mengingat ayah, kulit duku, kayumanis, kacamata tanpa bingkai, es kacang hijau kopi hitam, gebrakan gaplek, tawa terbahak setiap malam, dan kalkulasi aneh di belakang catatan. aku mengingat ayah, aku memikirkan: dunia yang hilang. hukum Engel, buku toefl terbitan pertama,  musik country,  mobil merah,  serta langit sore ilalang menari, sungai kecil membelah jembatan. tanpa tahu mesti lewat mana, aku akan senantiasa mengiringi keniscayaan taklimat ayah, syahdan, semua napas cerita yang memejamkan mata tentang mimpi, tentang batu bernyanyi pada suatu negeri. aku ingin bernyanyi seperti batu,  suatu hari nanti pada sebuah negeri tentang kesia-siaan laku manusia,  nostalgia atas hal-hal sentimentil, tentang airmata dan penderitaan kehidupan tetapi bukankah kita tidak mesti menderita untuk bisa bernyanyi?

Slow Conscious Living

I planted passion fruit tree in my backyard and catched another sunset. Harvested some chives, and finely chopped to make some choi pan today. Walked barefoot on grass. Trimmed my red rose. Read a lot of book, i mean aloooot. Try a new recipe. Breastfeeding regulary. Watch Miesha plays with Kiano (her boyfriend, she told me) almost every evening. Make two cups of tea, and talk about herself and himself. Sleepless. Found a new night skincare routine. Connecting with Makka's eyes. Searching for the best coffee every weekend. Enjoy my maternity leave simply because I didn't have to pretend to be friendly and talkactive officemate. I love my sanctuary, my solitude that only contains kids, books, sketchs, plants, coffee, and receiving funny videos from him. Finally it is time to my fvcking introvert personality dominate. Tonight, I am thinking about making Kombucha and Sourbread and Burn cheesecake and  also  how to sing Ikan dalam Kolam with a nice cengkok properly.  A lot th...

Salad Pepaya Muda (Dedicated to Shachan9370)

Aku punya teman, aahhhhh.. Hobinya jalan-jalan, aaaaah.. aaaahhh.. aaaaahhh.. Ia gitu, beberapa dari kita mungkin punya teman yang hobi traveling sendirian. Kalau aku sih entah kenapa bisa adore banget dengan orang-orang yang bisa ngelakuin itu. Bayangin aja, pesen tiket, urus visa, urus ini urus itu, cari info, bikin itinerary sendiri bukan perkara yang mudah. Modal yang diperlukan sangat besar, bukan cuma materi dan waktu, tapi ada yang lebih penting dari itu namanya mental berani.  Mental berani itu, gak semua orang punya. Banyak dari kita, mayoritas malah, memaknai hidup ini cuma untuk sekadar mencari tempat yang aman tanpa membuka peluang untuk menikmati pengalaman yang lebih menyenangkan dari sekadar hidup, bertahan mencari kenyamanan lalu mati. Menghabiskan banyak waktu untuk sekadar memikirkan ketakutan absurd yang sebenarnya pun tidak perlu dipikirkan. Nah, orang-orang berjiwa petualang biasanya memiliki kadar ketakutan absurd yang cukup rendah. Entah aku termas...