Alkisah, di suatu negeri antah berantah. Ada dua orang ibu yang bertetangga di dalam suatu kampung dan masing-masing memiliki seorang anak yang berusia enam tahun. Sebut saja ibu pertama Ibu Jepang, dan ibu kedua adalah Ibu Indonesia. Ibu Jepang adalah seorang ibu yang sederhana, berkecukupan, dan peranannya sangat diperlukan di dalam keluarga tersebut. Sementara Ibu Indonesia adalah orang kaya raya, mandiri, namun kurang ada komunikasi di dalam keluarganya.
Suatu hari timbullah mandat dari ketua kampung supaya semua anak kecil di kampung tersebut berpuasa sehari penuh. Musim kemarau yang panjang telah memaksa ketua kampung untuk melakukan hal apapun supaya hujan turun. Doa dan ibadah anak kecil yang belum punya dosa dipercaya cukup ampuh untuk mewujudkan maksud tersebut.
Ibu Jepang dan Ibu Indonesia sempat bercakap-cakap pada sore harinya. Membahas mengenai menu apa yang akan disajikan kepada anaknya di sahur yang sangat spesial tersebut. Ibu Jepang berkata bahwa anaknya sudah meminta menu kesukaan mereka. Sementara Ibu Indonesia dengan nada kuat tapi rapuh berkata bahwa anak-anaknya pasti bersedia memakan apapun masakan yang dibuatnya. Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya disepakati bahwa sekitar jam sembilan malam mereka akan belanja bahan makanan di pasar satu-satunya kampung tersebut.
Sekitar pukul delapan malam, tanpa dianya ternyata panasnya udara telah memicu api yang kemudian entah bagaimana membakar pasar habis tersebut. Ibu Jepang termangu, kalut memikirkan nasib sajian sahur spesial anak-anaknya. Pasar sudah habis terbakar, persediaan makanan di rumahnya tinggal sedikit. Sementara dia harus tetap menyajikan makanan di sahur pertama anak kesayangannya. Menjalani puasa dalam hal ini memang menjadi kewajiban bagi anak-anak di kampungnya, tetapi sahur adalah kemudahan yang dirancang Tuhan untuk memudahkan menjalankan kewajiban tersebut. Menyajikan menu sahur memang bukan kewajiban si ibu. Namun bila dijalankan dengan sungguh-sungguh akan menjadi berkah tersendiri, baik bagi ibu maupun anaknya tercinta. Ibu Jepang ingin sekali pengalaman pertama anaknya berpuasa menjadi menyenangkan. Sehingga kelak suatu hari bila si anak sudah dewasa dia akan menjalankan puasa tanpa keterpaksaan, menjalani hari-hari puasa dengan senang hati, dan beribadah sebaik mungkin untuk menambah baik kualitas puasanya. Ibu Jepang kalang kabut, berlari-lari kecil mengelilingi kampung. mengorek umbi kentang di kebun kampung, membayar dengan harga tinggi ikan nila di tambak tetangga, dan memetik pucuk daun jambu muda di sekitar aliran sungai. Semuanya diracik sedemikian rupa, sehingga tersajilah makanan empat sehat lima sempurna di meja. Siap menjadi simpanan nutrisi buat anaknya untuk menjalani puasa.
Sementara Ibu Indonesia sama kalutnya mengetahui pasar terbakar, sisa makanan di rumahnya baru saja dihabiskan suaminya. Uang bukan hal yang tidak dia punya, akan tetapi dengan pasar yang terbakar apa lagi yang bisa dia beli. Maka pada malam menjelang sahur, dia berkata pada anaknya bahwa tidak ada yang bisa dimakan pada sahur kali ini. Dia berkata, "Kamu sudah besar, tentunya kamu harus menerima keadaan yang ada. Pasar sudah terbakar, tidak ada yang bisa Ibu beli lagi. Tolong kamu mengerti!". Anaknya berniat membuka suara, menyuarakan seruaan putus asa. "Ibu, bagaimana aku bisa menjalani puasa besok kalau...". "Pasar terbakar itu bukan salah Ibu", suara Ibu Indonesia meninggi. "Lalu salah siapa?", si anak dengan polos bertanya. "Itu salah.......", Ibu Indonesia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Lalu kemudian hening, cuma terdengan suara air minum yang takut-takut diteguk oleh sang anak.
Sore di keesokan harinya, anak-anak sedang bermain di pelataran hutan. Ada pohon besar yang menjadi tempat naungan mereka. Pohon itu mereka panjat, mereka bergelantungan di sana, mencapai dahan tertinggi adalah rutinitas saban sore mereka. Tiba-tiba terdengar bunyi "Bruuuuuk" yang sangat kuat. Seorang anak terbaring di tanah, jatuh dari dahan yang untungnya cukup rendah. Lengannya terluka, namun bibirnya pucat, dia tampak sangat kelelahan. Tebak anak siapa itu, yaaa itu adalah anak Ibu Indonesia.
"Ada yang saya rindukan dan tidak saya dapatkan dari negeri ini, yaitu INTEGRITAS"
"Sesuatu yang baik jika tidak disampaikan dengan cara yang baik, tidak akan jadi baik"
amiiiiiikkkk
BalasHapus
BalasHapusmbak nobit.. :D
baju pengantennya bikin iri..
makanya mik cepet nyusul kamu :)
BalasHapuslagi pada emosi berjamaah angkatan kita :(
wajar mbak.. lebih baik disampaikan dg cara yg baik tapi.. hihi
BalasHapusiaaa.. doain cepet nyusul yaa.. hehe
keren mi'...
BalasHapusqt buat telenovelanyo be payo...
hehehe
begitulah indonesia.
suara lantang pas nyalahin nasib n nyalahin wong bae,,,
..heee
yaah.. namanyo jgo Indonesia don..
Hapuskadang takdir sering disalah2kan, pdhal di Al Qu'ran disuruh usaha maksimal dulu..
kasian takdir :p
Kita bakal jadi Ibu Indonesia, semoga bisa jadi Ibu Indonesia yang baik.. =)
BalasHapusiaa.. Amiin jah, semoga integritas tetap terjaga :)
Hapus