Langsung ke konten utama

Balada Dua Orang Ibu (Curhat Minggu Pertama Maret)


Alkisah, di suatu negeri antah berantah. Ada dua orang ibu yang bertetangga di dalam suatu kampung dan masing-masing memiliki seorang anak yang berusia enam tahun. Sebut saja ibu pertama Ibu Jepang, dan ibu kedua adalah Ibu Indonesia. Ibu Jepang adalah seorang ibu yang sederhana, berkecukupan, dan peranannya sangat diperlukan di dalam keluarga tersebut. Sementara Ibu Indonesia adalah orang kaya raya, mandiri, namun kurang ada komunikasi di dalam keluarganya.

Suatu hari timbullah mandat dari ketua kampung supaya semua anak kecil di kampung tersebut berpuasa sehari penuh. Musim kemarau yang panjang telah memaksa ketua kampung untuk melakukan hal apapun supaya hujan turun. Doa dan ibadah anak kecil yang belum punya dosa dipercaya cukup ampuh untuk mewujudkan maksud tersebut.


Ibu Jepang dan Ibu Indonesia sempat bercakap-cakap pada sore harinya. Membahas mengenai menu apa yang akan disajikan kepada anaknya di sahur yang sangat spesial tersebut. Ibu Jepang berkata bahwa anaknya sudah meminta menu kesukaan mereka. Sementara Ibu Indonesia dengan nada kuat tapi rapuh berkata bahwa anak-anaknya pasti bersedia memakan apapun masakan yang dibuatnya. Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya disepakati bahwa sekitar jam sembilan malam mereka akan belanja bahan makanan di pasar satu-satunya kampung tersebut.


Sekitar pukul delapan malam, tanpa dianya ternyata panasnya udara telah memicu api yang kemudian entah bagaimana membakar pasar habis tersebut. Ibu Jepang termangu, kalut memikirkan nasib sajian sahur spesial anak-anaknya. Pasar sudah habis terbakar, persediaan makanan di rumahnya tinggal sedikit. Sementara dia harus tetap menyajikan makanan di sahur pertama anak kesayangannya. Menjalani puasa dalam hal ini memang menjadi kewajiban bagi anak-anak di kampungnya, tetapi sahur adalah kemudahan yang dirancang Tuhan untuk memudahkan menjalankan kewajiban tersebut. Menyajikan menu sahur memang bukan kewajiban si ibu. Namun bila dijalankan dengan sungguh-sungguh akan menjadi berkah tersendiri, baik bagi ibu maupun anaknya tercinta. Ibu Jepang ingin sekali pengalaman pertama anaknya berpuasa menjadi menyenangkan. Sehingga kelak suatu hari bila si anak sudah dewasa dia akan menjalankan puasa  tanpa keterpaksaan, menjalani hari-hari puasa dengan senang hati, dan beribadah sebaik mungkin untuk menambah baik kualitas puasanya. Ibu Jepang kalang kabut, berlari-lari kecil mengelilingi kampung. mengorek umbi kentang di kebun kampung, membayar dengan harga tinggi ikan nila di tambak tetangga, dan memetik pucuk daun jambu muda di sekitar aliran sungai. Semuanya diracik sedemikian rupa, sehingga tersajilah makanan empat sehat lima sempurna di meja. Siap menjadi simpanan nutrisi buat anaknya untuk menjalani puasa.

Sementara Ibu Indonesia sama kalutnya mengetahui pasar terbakar, sisa makanan di rumahnya baru saja dihabiskan suaminya. Uang bukan hal yang tidak dia punya, akan tetapi dengan pasar yang terbakar apa lagi yang bisa dia beli.  Maka pada malam menjelang sahur, dia berkata pada anaknya bahwa tidak ada yang bisa dimakan pada sahur kali ini. Dia berkata, "Kamu sudah besar, tentunya kamu harus menerima keadaan yang ada. Pasar sudah terbakar, tidak ada yang bisa Ibu beli lagi. Tolong kamu mengerti!". Anaknya berniat membuka suara, menyuarakan seruaan putus asa. "Ibu, bagaimana aku bisa menjalani puasa besok kalau...". "Pasar terbakar itu bukan salah Ibu", suara Ibu Indonesia meninggi. "Lalu salah siapa?", si anak dengan polos bertanya. "Itu salah.......", Ibu Indonesia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Lalu kemudian hening, cuma terdengan suara air minum yang takut-takut diteguk oleh sang anak.

Sore di keesokan harinya, anak-anak sedang bermain di pelataran hutan. Ada pohon besar yang menjadi tempat naungan mereka. Pohon itu mereka panjat, mereka bergelantungan di sana, mencapai dahan tertinggi adalah rutinitas saban sore mereka. Tiba-tiba terdengar bunyi "Bruuuuuk" yang sangat kuat. Seorang anak terbaring di tanah, jatuh dari dahan yang untungnya cukup rendah. Lengannya terluka, namun bibirnya pucat, dia tampak sangat kelelahan. Tebak anak siapa itu, yaaa itu adalah anak Ibu Indonesia.



"Ada yang saya rindukan dan tidak saya dapatkan dari negeri ini, yaitu INTEGRITAS"
"Sesuatu yang baik jika tidak disampaikan dengan cara yang baik, tidak akan jadi baik"







Komentar


  1. mbak nobit.. :D
    baju pengantennya bikin iri..

    BalasHapus
  2. makanya mik cepet nyusul kamu :)
    lagi pada emosi berjamaah angkatan kita :(

    BalasHapus
  3. wajar mbak.. lebih baik disampaikan dg cara yg baik tapi.. hihi
    iaaa.. doain cepet nyusul yaa.. hehe

    BalasHapus
  4. keren mi'...
    qt buat telenovelanyo be payo...
    hehehe

    begitulah indonesia.
    suara lantang pas nyalahin nasib n nyalahin wong bae,,,
    ..heee

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaah.. namanyo jgo Indonesia don..
      kadang takdir sering disalah2kan, pdhal di Al Qu'ran disuruh usaha maksimal dulu..
      kasian takdir :p

      Hapus
  5. Kita bakal jadi Ibu Indonesia, semoga bisa jadi Ibu Indonesia yang baik.. =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iaa.. Amiin jah, semoga integritas tetap terjaga :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat Ayah dan Dunia yang Hilang

a ku mengingat ayah, kulit duku, kayumanis, kacamata tanpa bingkai, es kacang hijau kopi hitam, gebrakan gaplek, tawa terbahak setiap malam, dan kalkulasi aneh di belakang catatan. aku mengingat ayah, aku memikirkan: dunia yang hilang. hukum Engel, buku toefl terbitan pertama,  musik country,  mobil merah,  serta langit sore ilalang menari, sungai kecil membelah jembatan. tanpa tahu mesti lewat mana, aku akan senantiasa mengiringi keniscayaan taklimat ayah, syahdan, semua napas cerita yang memejamkan mata tentang mimpi, tentang batu bernyanyi pada suatu negeri. aku ingin bernyanyi seperti batu,  suatu hari nanti pada sebuah negeri tentang kesia-siaan laku manusia,  nostalgia atas hal-hal sentimentil, tentang airmata dan penderitaan kehidupan tetapi bukankah kita tidak mesti menderita untuk bisa bernyanyi?

Slow Conscious Living

I planted passion fruit tree in my backyard and catched another sunset. Harvested some chives, and finely chopped to make some choi pan today. Walked barefoot on grass. Trimmed my red rose. Read a lot of book, i mean aloooot. Try a new recipe. Breastfeeding regulary. Watch Miesha plays with Kiano (her boyfriend, she told me) almost every evening. Make two cups of tea, and talk about herself and himself. Sleepless. Found a new night skincare routine. Connecting with Makka's eyes. Searching for the best coffee every weekend. Enjoy my maternity leave simply because I didn't have to pretend to be friendly and talkactive officemate. I love my sanctuary, my solitude that only contains kids, books, sketchs, plants, coffee, and receiving funny videos from him. Finally it is time to my fvcking introvert personality dominate. Tonight, I am thinking about making Kombucha and Sourbread and Burn cheesecake and  also  how to sing Ikan dalam Kolam with a nice cengkok properly.  A lot th...

Salad Pepaya Muda (Dedicated to Shachan9370)

Aku punya teman, aahhhhh.. Hobinya jalan-jalan, aaaaah.. aaaahhh.. aaaaahhh.. Ia gitu, beberapa dari kita mungkin punya teman yang hobi traveling sendirian. Kalau aku sih entah kenapa bisa adore banget dengan orang-orang yang bisa ngelakuin itu. Bayangin aja, pesen tiket, urus visa, urus ini urus itu, cari info, bikin itinerary sendiri bukan perkara yang mudah. Modal yang diperlukan sangat besar, bukan cuma materi dan waktu, tapi ada yang lebih penting dari itu namanya mental berani.  Mental berani itu, gak semua orang punya. Banyak dari kita, mayoritas malah, memaknai hidup ini cuma untuk sekadar mencari tempat yang aman tanpa membuka peluang untuk menikmati pengalaman yang lebih menyenangkan dari sekadar hidup, bertahan mencari kenyamanan lalu mati. Menghabiskan banyak waktu untuk sekadar memikirkan ketakutan absurd yang sebenarnya pun tidak perlu dipikirkan. Nah, orang-orang berjiwa petualang biasanya memiliki kadar ketakutan absurd yang cukup rendah. Entah aku termas...